Rabu, 30 November 2011

Masjid Paling Aneh Di Dunia








Bentuknya sederhana benar, namun jemaah sudah berdatangan dari penjuru desa sebelum waktu solat masuk .Mungkin kita tak percaya jika tidak melihat faktanya. Seorang yang tidak kaya, bahkan tergolong miskin, namun mampu membangun sebuah Masjid di Turki. Nama masjidnya pun paling aneh di dunia, iaitu “Shanke Yadem” (Anggap Saja Sudah Makan). Sangat aneh bukan? Di sebalik masjid yang namanya paling aneh tersebut ada cerita yang sangat menarik dan mengandungi pelajaran yang sangat berharga bagi kita.

Ceritanya begini :
Di sebuah kawasan Al-Fateh, di pinggiran kota Istanbul ada seorang yang wara’ dan sangat sederhana, namanya Khairuddin Afandi. Setiap kali ke pasar dia tidak membeli apa-apa. Saat merasa lapar dan ingin makan atau membeli sesuatu, seperti buah, daging atau manisan, dia berkata pada dirinya: Anggap saja sudah makan yang dalam bahasa Turkinya “ Shanke Yadem”.

Nah, apa yang dia lakukan setelah itu? Wang yang sepatutnya digunakan untuk membeli keperluan makanannya itu dimasukkan ke dalan kotak (tromol)… Begitulah yang dia lakukan setiap bulan dan sepanjang tahun. Dia mampu menahan dirinya untuk tidak makan dan belanja kecuali sebatas menjaga kelangsungan hidupnya saja.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun Khairuddin Afandi konsisten dengan amal dan niatnya yang kuat untuk mewujudkan impiannya membangun sebuah masjid. Tanpa terasa, akhirnya Khairuddin Afandi mampu mengumpulkan dana untuk membangun sebuah masjid kecil di daerah tempat tinggalnya. Bentuknyapun sangat sederhana, sebuah pagar persegi empat, ditandai dengan dua menara di sebelah kiri dan kanannya, sedangkan di sebelah arah kiblat ditengahnya dibuat seperti mihrab.
Akhirnya, Khairuddin berhasil mewujudkan cita-ciatanya yang amt mulia itu dan masyarakat di sekitarnyapun kehairanan, bagaimana Khairuddin yang miskin itu di dalam dirinya tertanam sebuah cita-cita mulia, iakni membangun sebuah masjid dan berhasil dia wujudkan. Tidak bayak orang yang menyangka bahwa Khairudin ternyata orang yang sangat luar biasa dan banyak orang yang kaya yang tidak mampu berbuat kebaikan seperti Khairuddin Afandi.
Setelah masjid tersebut berdiri, masyarakat penasaran apa gerangan yang terjadi pada Khiruddin Afandi. Mereka bertanya bagaimana ceritan seorang yang miskin berjaya membangun masjid. Setelah mereka mendengar cerita yang sangat menakjubkan itu, merekapun sepakat memberi namanya dengan: “Shanke yadem” (Angap Saja Saya Sudah Makan).
Subhanallah! Sekiranya orang-orang kaya dan memiliki penghasilan lebih dari kaum Muslimin di dunia ini berfikir seperti Khairuddin, berapa banyak dana yang akan terkumpul untuk kaum fakir miskin? Berapa banyak masjid, sekolah, rumah sakit dan fasilitas hidup lainnya yang dapat dibangun? Berapa banyak infra struktur yang dapat kita realisasikan, tanpa harus meminjam ke lembaga dan Negara yang memusuhi Islam dan umatnya?
Jemaah yang melimpah, tanda keberkahan dan amal soleh dari harta yang halal dan bersih

sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2010/02/masjid-paling-aneh-di-dunia.html 

Rabu, 09 November 2011


Tiga dari Empat Mualaf Inggris Ternyata Kaum Perempuan...Ini Alasan Mereka Memilih Islam

Kamis, 10 November 2011 08:44 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Tiga perempat dari mualaf Inggris adalah perempuan. Richard Peppiatt dari Independent telah menemukan bahwa dari 5.200 warga Inggris yang masuk Islam pada tahun 2010, lebih dari 50 persennya adalah warga kulit putih dan tiga perempat dari mereka adalah perempuan.

Selain itu, peneliti yang berbasis di Swansea University  juga menemukan bahwa dari 40 ribu orang di Inggris masuk Islam dalam 10 tahun terakhir, dan mayoritas adalah perempuan. 

Temuan ini hampir senada dengan Faith Matters, yang menyebut 53 persen dari mualaf Inggris kulit putih adalah perempuan. Angkanya meningkat 66 persen pada kurun 2002-2010 dibanding dengan rentang waktu yang sama sebelum 2001. 

Umumnya, para mualaf ini terbentur dengan problem sehari-hari, untuk mengintegrasikan keyakinan mereka yang baru dalam batas-batas yang lebih luas dari masyarakat, di mana mereka sering dianggap sebagai orang luar, meskipun berlatar belakang Barat. Sebuah studi baru-baru ini di Leicester menemukan fakta mengejutkan bahwa 93 persen masjid memerlukan layanan untuk mualaf, tetapi hanya 7 persen dari mereka yang bisa memenuhi kebutuhan ini.

Kevin Brice, yang melakukan penelitian yang luas dalam perkembangan sosiologis mualaf, berbicara kepada The Outlook tentang beberapa alasan mengapa wanita masuk Islam. "Islam menawarkan wanita rasa perlindungan dan identitas - ini mungkin terdengar kontra-intuitif diberikan cara Islam biasanya digambarkan di media - tetapi beberapa wanita menemukan pakaian sederhana yang dibutuhkan oleh Islam ini bersifat 'membebaskan'," katanya. 

Islam, katanya, juga dipandang sebagai lebih mendukung nilai-nilai keluarga 'kuno', dan perempuan memiliki peran yang jelas dalam keluarga. Banyak mualaf yang mulai menemukan Islam dari keresahan mereka dengan alkohol dan mabuk-mabukan, kurangnya moralitas dan kebebasan seksual, dan konsumerisme, semua yang dilihat sebagai lazim dalam masyarakat Inggris. "Islam menawarkan mereka sebuah pendekatan yang berbeda," tambahnya.

Brice juga berbicara tentang sejumlah kesalahpahaman yang berhubungan dengan mualaf.  "Pertama, penting untuk mengenali bahwa mayoritas mualaf telah dikonversi melalui pilihan bebas dan melihat diri mereka tetap sebagai orang Inggris dan Muslim. Mengkonversi tidak mewakili tudingan licik bahwa mereka bertekad untuk mengganggu cara hidup Barat," katanya.



Sebanyak 40 Ribu Masjid di Negeri Komunis Cina

Kamis, 10 November 2011 00:41 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-- China, yang dipimpin Partai Komunis, memiliki lebih 40.000 masjid pada tahun 2010. Jumlah ini bertambah 5.000 masjid dari tahun sebelumnya. Demikian kata Wakil Ketua Asosiasi Islam China, Guo Chengzhen.

"Kami perkirakan ada lebih 40.000 masjid di China," kata Guo yang didampingi Mustafa Yang Zhibo, wakil ketua asosiasi itu, saat menerima kunjungan para wartawan Indonesia dan Malaysia, di Beijing, Rabu.

Data statistik terbaru masih dalam proses tapi tahun 2009 saja sebanyak 35.000 masjid telah dibangun, katanya. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di propinsi yang mayoritas Muslim seperti di Xinjiang dan Ningxia, serta propinsi yang ada penduduk Muslimnya, jumlah masjid di China terus bertambah.

"Pembangunan masjid dibiayai oleh masyarakat tapi pemerintahan komunis China memberikan subsidi atau bantuan dana," kata Guo.

Pemerintah China mulai meningkatkan pembangunan ekonomi di propinsi bagian barat negara itu, tempat mayoritas penduduk Muslim tinggal. Mereka merasa iri dengan propinsi di Timur yang mengalami pembangunan dan pertumbuhan pesat, tambah Mustafa.

Selain itu, pemerintahan komunis China, juga mendorong warga Muslim yang tinggal di bagian barat untuk pindah ke propinsi-propinsi yang pembangunanya pesat di bagian timur. "Berbagai kemudahan untuk bekerja atau membuka usaha dan restoran diberikan," ujar Mustafa.

Sebagai contoh, di propinsi Shenzen, bagian timur China, ada 6.000-7.000 Muslim. Di kota Yiwu, propinsi Zhe Jiang, juga sudah ada masjid yang besar. Jumlah masjid itu dan 45.000 imam di China dapat memenuhi kebutuhan ibadah kaum Muslim di China yang berjumlah sekitar 23 juta orang, dan terus bertambah.

"Kami tidak mau pembangunan masjid bertambah di atas kebutuhan umat Islam di sini," kata Guo. Di China juga terdapat 10 institut pendidikan Islam, di antaranya Institut Islam di Xinjiang, di Zhenzou, di Ningxia dan beberapa kota serta propinsi lainnya.

Pemerintah China, mengklaim, sangat menghormati warganya yang beragama. Sebagai contoh, propinsi yang mayoritas beragama Islam seperti di Xinjiang dan Ningxia diberikan hak otonomi sejak tahun 1958. Bahkan pada Idul Adha pun, propinsi Xinjiang meliburkan kantor pemerintahan selama tiga hari dan propinsi Ningxia empat hari.
Redaktur: Stevy Maradona